Tak Berkategori

PERINGATAN

Tanggal 20 Mei 2008 malam, dari selepas maghrib hingga menjelang malam, seluruh stasiun TV menayangkan acara yang begitu semarak, meriah dalam rangka memperingati 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional. Seluruh lapisan masyarakat, yang terdiri dari ribuan seniman, militer hingga para pendekar dari seluruh negeri meramaikan acara tersebut dengan menampilkan berbagai jenis keterampilan dan kemampuan fisik dihadapan kepala negara.

HEBAAAT! HEBAAAT!. semua orang yang melihat pasti mengatakan hal yang sama. TETAPI, disela-sela asyiknya menonton , entah kenapa tiba-tiba isi kepala teringat kepada BBM yang akan segera naik, harga-harga barang melambung tinggi, kemudian jerit negeri yang konon sedang merana kekurangan dana hidup dan sudah tidak jelas lagi angka HUTANG negara yang konon juga tidak akan dapat dilunasi hingga tujuh  atau mungkin tujuh puluh turunan. BISA JADI!. Tapi apakah ini benar?. Buktinya negara kita masih mampu memperingati hari Kebangkitan Indonesia dengan sangat megah. Berapa dana yang sudah dikeluarkan?, berapa energi listrik yang sudah digunakan? ada hubungannya tidak dengan penggunaan BBM?

APA ARTI SEMUA INI?. Saya adalah bagian dari rakyat kecil yang mungkin tergolong jelata, tidak kuat melihat tayangan itu. tidak mampu lagi melakukan apresiasi seni. SUDAH TERLALU LAMA MEMBATASI JATAH MAKAN!. Untuk apa semua itu dipertontonkan lagi. Apakah dengan mematahkan besi atau menghancurkan beton kita bisa mengurangi hutang negara kita?, apakah dengan nyanyian dan tarian rame-rame bisa menghilangkan lapar tadi pagi. SAYA TIDAK YAKIN!

Semoga saja tulisan yang sangat singkat ini dapat menggugah isi kepala tuan-tuan. Kalo memang kita masih bisa berubah, berikan buktinya pada rakyat. Kalo memang sudah tidak mungkin. kita bubar saja sebagai negara, atau mungkin MERGER dengan negara lain yang mampu memberikan bantuan dengan sebenarnya. APA KITA AKAN MENJADI PENGEMIS RAME-RAME? APA KATA DUNIAAAAA? , demikian kata Naga Bonar.

Walaupun demikian, kepada saudaraku yang masih punya nurani, jangan pernah menyerah. Jika memang negar kita sedang dalam genggaman atau pengaruh atau mungkin kendali manusia atau mahluk yang akan merusak dan sedang merusak. Tetap berjuang dalam kebenaran. karena kebenaran akan menjadi energi hidup. SEKALI BERARTI SETELAH ITU MATI (khairil Anwar). Sudikah anda hidup, dan makan enak dalam gelimang dan gelimpang bangkai saudaramu! NAJIS!

 

 

SALAM

Standar
Bahasa, perilaku

Kesimpulan

Awas, hati-hatilah ketika anda membuat kesimpulan. Membuat kesimpulan sepintas lalu seperti sebuah frase yang mudah untuk dipahami dan dilakukan padahal, sebelum seseorang mengambil kesimpulan dibelakangnya terdapat serangkaian proses panjang dan berliku yang harus dilakukan dengan serius dan sebenarnya guna mendapatkan hasil akhir yang benar, terukur dan dapat dibuktikan kebenarannya.

Ketika anda melihat seseorang dengan penampilan yang agak  berbeda dari umumnya, tentunya anda bisa terjebak dalam mengambil keputusan dengan sangat cepat. Memang, kita harus berlatih membuat kesimpulan dan mengambil keputusan dengan cepat, hingga etiap persoalan tidak bertumpuk dan dapat diapusakan dalam boxfile kepala kita dan setiap orang disekitar kita.

Berikut, adalah cerita fiktif yang penulis sadur dari cerita seseorang (penulis lupa namanya, semoga amal kebaikan yang membuat cerita ini dibalas oleh Tuhan YME). Ceritanya adalah…Pada suatu ketika, adalah seorang profesor yang sudah sangat tua atau katagori B (BANGKOTAN), disela-sela riset besarnya dia berjalan-jalan di sebuah kolam yang lumayan besar di sekitar lab yang dia miliki, sambil menghilangkan kepenatan. Ketika dia berjalan, dia melihat seekor katak yang sangat besar, hampir sebesar kepala bayi yang baru lahir sekitar 3 hari. Sang profesor berupaya menangkap katak tersebut, dan hasilnya…dengan perhitungannya yang luarbiasa, katak tersebut dapat ditangkap dengan mudah. Kemudian ia bawa ke lab.

Pada malam harinya, ketika semua suasana hening, sang profesor memasuki lab untuk melanjutkan berbagai uji coba. Tetapi, ketika ia melihat katak yang dia simpan dalam aquarium besar, timbulah keinginan untuk meneliti katak tersebut. Maka dikeluarkanlah katak tersebut dan diletakan di atas hamparan papan panjang berukuran 10 meter. Setelah ia membuat angka-angka ukuran disepanjang papan tersebut, ia menempatkan katak besar itu di titik start. Kemudian, ia berteriak skeras-kerasnya, LOMPAT!, katak itu spontas lompat, mungkin kaget. dan hasilnya ia catat. “…ternyata katak besar dengan kaki sempurna mampu melompat 10 m. Ia begitu bersemangat. Tapi ia berfikir, bagaiman kalau ia potong kakinya satu. dan ia lakukan. Kemudian ia meletakan katak besar itu dititik start, dan…”LOMPAT!”, katak dengan kaki tiga itu pun melompat. Hasil jelas menurun. Ia mencatat bahwa, “katak besar dengan  tiga kaki sanggup melompat sejauh 8 m. Diluar dugaan, ia memotong kaki katak beasr itu satu lagi, jadi kini tinggal 2 kaki. dan lakukan perintah seperti sebelumnya. Ternyata katak itu hanya mampu melompat sejauh 4 m. Penurunan yang sangat drastis. Semakin penasaran ia melanjutkan penelitian yang aneh itu. Bahkan ia memotong semua kaki katak besar itu. kemudian ia letakan di garis awal dan berteriak seperti semula. Namun, kini katak tanpa kaki itu tidak berkutik. Hanya matanya yang berkedip penuh harap campur dendam pada sanga profesor. Melihat katak tidak berkutik, sang profesor semakin keras berteriak.LOMPAT, LOMPAT KAMU, LOMPAAAT!. Katak itu pun tetap diam. Dengan kesal profesor itu mengambil bukunya dan menulis kesimplan terakhir. “TERNYATA KATAK BESAR BILA DIPOTONG KAKI KEEMPAT-EMPATNYA, IA MENJADI TULI”. Lalu ia pergi ke sofa dan duduk dengan lesu, diam dan tidur.

Dari anekdot di atas, sebenarnya tidak sedikit diantara kita yang melakukan proses berfikir malapraktek dalam menafsirkan sesuatu atau seseorang yang menurut ia benar tanpa diuji berulang-ulang dengan cara-cara yang benar, penuh pembuktian, serta bermanfaat dan tidak mengandung unsur merugikan orang lain.  Hati-hatilah dengan istilah ANALISIS, PERCOBAAN, UJI COBA, ATAU PRASANGKA !

Langkah yang menurut penulis baik dilakukan sebelum mengambil kesimpulan adalah:

1. Tentukan masalah yang akan diproses; saring, bandingkan, prioritaskan, tentukan jenis atau hal apa yang akan kita munculkan.

2. Lakukan pengamatan, percobaan dan uji coba secara berulang-ulang hingga mendapatkan pembuktian-pembuktian sehingga validitas kebenarannya diakui. Ingat diakui tidak harus diikuti.

3. Ambil kesimpulan berdasarkan proses nomor dua, dan beritakan dengan sebenarnya tanpa ada perubahan yang disebabkan tekanan atau pesanan dari pihak manapun.

4. lakukan evaluasi antara kesipulan dengan input data awal dan lakukan proses nomor dua lanjutan.

Selamat mencoba. Untuk Profesor tadi. DON’T TRY THIS AT ANYWHERE!

Standar
Bahasa

Disiplin Berbahasa

Beberapa malam lewat, penulis berkumpul dengan bebeapa teman untuk merayakan hari ulang tahun salah seorang teman yang kebetulan warga negara asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia. Pada saat kami berbincang-bincang, salah satu teman (WNA) bercerita tentang iklan-iklan yang terpampang dipinggir jalan yang ia temui. Ia mengatakan bahwa ia sangat bingung ketika melihat plang dengan tulisan CAT OVEN. Ia kaget setengah mati dan bingung, “Apakah kalian makan kucing?”, “kejam sekali, kucing koq di oven…”. Hal ini karena teman saya itu membacanya /kaet oven/, yang mungkin dapat diartikan semacam Grilled Bread (roti panggang) atau steak dan sejenisnya.

Dua puluh empat hari lalu dari tanggal cerita ini dikeluarkan pun penulis sempat melihat plang di depan sebuah bengkel motor dengan tulisan DIJUAL BAN SEKEN. Dan, ratusan, mungkin ribuan plang atau tulisan dengan iklan sejenis. Dimana muaranya?…ga tauuu, kata anak-anak serempak ketika seorang guru bahasa Indonesia menanyakan pertanyaan serupa dikelas. Bahkan dua atau tiga orang siswa mengkritik guru Bahasa Indonesia mereka seraya mengatakan “Pak , Bapak juga tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar?” . Pak guru dengan cecpat menjawab, “nggak tuh!” …lah itu apa, pak?”. Memang, kata nggak tuh, nggak ngerti dan lain-lain bukanlah Bahasa Indonesia melainkan Bahasa Jakarta (Bahasa Betawi).

Belum lagi yang mencampuradukan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia agar kelihatan menarik (keren) di depan orang-orang yang mendengarnya, sehingga munculah bahasa-bahasa lain yang sudah tidak jelas lagi juntrungannya.  Misalnya, “wah, sorry yah, ike udah came late hari ini”. dan lain-lain.

Tapi saya sangat maklum, karena Bahasa Indonesia sendiri banyak menyerap bahasa-bahasa lain di muka bumi. untunglah masih bahasa planet bumi.

Standar